TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas menyatakan pihaknya tengah dalam tahap pembicaraan dengan perusahaan asal Cina, Tsingshan Steel, untuk membangun smelter tembaga di Weda Bay, Halmahera. Rencana kerja sama ini merupakan salah satu opsi yang sedang dibahas dengan pemerintah dalam rangka memenuhi kewajiban program hilirisasi Freeport.
"Kami mau tahu metodenya seperti apa, kapasitasnya berapa, jadwal pembangunan kapan selesainya. Masih pembicaraan, belum ada kesepakatan apapun," ujar Tony dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin, 7 Desember 2020.
Saat ini Freeport tengah membangun smelter tembaga baru di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur, sebagai kesepakatan perpanjangan operasi dalam bentuk Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Proyek dengan kapasitas 2 juta ton konsentrat tembaga per tahun ini diperkirakan menelan biaya investasi senilai US$ 3 miliar.
Sebelumnya Tony seringkali menyebutkan bahwa proyek yang ditargetkan rampung pada 2023 itu tidak ekonomis dan berpotensi merugikan. Oleh karena itu, Freeport membuka peluang kerja sama dengan pihak lain yang mampu membangun smelter tembaga dengan waktu yang lebih cepat dan menelan biaya investasi yang lebih murah.
Tony mengatakan bila rencana kerja sama dengan Tsingshan terealisasi dengan keekonomian proyek yang lebih baik dan secara teknis memungkinkan, pembangunan smelter baru di Gresik berpotensi dialihkan ke Halmahera.
"Kalau secara ekonomis dan teknis lebih memungkinkan, kami lebih pilih itu. Kami mau explore. Tapi apapun yang kami lakukan akan minta arahan pemerintah," ucap Tony.