Nicke menjelaskan, di tengah banyak tantangan pada tahun ini, Pertamina secara konsisten tetap mengoperasikan seluruh aktivitas produksinya dari hulu ke hilir. Selain itu, Pertamina terus menggerakkan seluruh mitra bisnis pada ekosistem bisnis proses Pertamina dan sektor energi Indonesia.
VP Komunikasi Perusahaan Pertamina Fajriyah Usman sebelumnya menjelaskan kerugian yang dihadapi perusahaan sepanjang semester pertama tahun 2020. Dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian Pertamina (tidak diaudit) per 30 Juni 2020, terlihat perusahaan merugi US$ 767,92 juta atau sekitar Rp 11,13 triliun. Perhitungan tersebut menggunakan asumsi kurs Rp 14.500 per dolar AS.
"Pertamina menghadapi triple shock," ujar Fajriyah seperti dikutip dari siaran pers, Senin, 24 Agustus 2020.
Fajriyah menjelaskan ketiga syok itu adalah penurunan harga minyak mentah dunia, penurunan konsumsi BBM di dalam negeri, serta pergerakan nilai tukar dolar AS yang berdampak pada selisih kurs yang cukup signifikan. “Pandemi Covid-19 dampaknya sangat signifikan bagi Pertamina," tuturnya.
Dengan penurunan demand, depresiasi rupiah, dan juga crude price yang berfluktuasi sangat tajam, kata Fajriyah, membuat kinerja keuangan Pertamina sangat terdampak.
BISNIS
Baca: Ahok Usul Sebagian Minyak Mentah Diekspor, Apa Sebabnya?