Hasil studi tersebut menjadi validasi dari jenis obat baru yang mereka kejar dalam karir mereka. "Ini bisa membuka bidang farmasi untuk kelas molekul baru," kata Sahin bulan lalu, seperti dikutip Bloomberg.
Ilmuwan kelahiran Turki tersebut adalah pemegang saham tunggal dari sebuah perusahaan Jerman yang mengendalikan 18 persen saham di BioNTech. Perusahaan meraih modal US$ 150 juta dari penawaran umum perdana di AS tahun lalu.
Sahin bergabung dengan Struengmann bersaudara dari Jerman di antara 500 orang terkaya di dunia. Mereka memiliki sekitar 50 persen BioNTech dan mendukung usaha bioteknologi sebelumnya yang didirikan Sahin bersama istrinya, Ganymed Pharmaceuticals AG. Kekayaan Struengmann diperkirakan lebih dari US$ 24 miliar jika digabungkan.
Perlombaan memproduksi vaksin Covid-19 juga telah mengangkat sekelompok investor di perusahaan pesaing terdekat BioNTech, Moderna Inc.
Saham perusahaan yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, tersebut melonjak lebih dari 700 persen tahun ini. Walhasil, sejumlah investor awal kini menjadi miliarder, termasuk profesor Institut Teknologi Massachusetts Bob Langer dan profesor Universitas Harvard Tim Springer, serta CEO Moderna Stephane Bancel, yang sekarang memiliki kekayaan US$ 4,9 miliar.
BISNIS