TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menuturkan bahwa pascapandemi Indonesia ingin membangun ekonomi yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan tangguh. Untuk itu, pembenahan fundamental mutlak dilakukan.
"Indonesia juga ingin melakukan transformasi besar. Menjadi komitmen Indonesia untuk menuju ekonomi lebih hijau dan berkelanjutan. Geliat pemulihan ekonomi tidak boleh lagi mengabaikan perlindungan terhadap lingkungan," katanya dalam konferensi video pada sesi II Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu, 22 November 2020. Sesi KTT G20 mengangkat tema "Membangun Masa Depan yang Inklusif, Berkelanjutan, dan Tangguh".
Menurut Presiden, saat ini adalah momentum untuk mendorong ekonomi hijau. World Economic Forum menyebut bahwa potensi ekonomi hijau sangat besar, di mana terdapat peluang bisnis sebesar US$ 10,1 triliun dan 395 juta lapangan pekerjaan baru hingga 2030.
Di Indonesia, berbagai terobosan telah dilakukan, antara lain memanfaatkan biodiesel B30, menguji coba green diesel D100 dari bahan kelapa sawit dan menyerap lebih dari 1 juta ton sawit produksi petani, serta memasang ratusan ribu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di sektor rumah tangga.
"Proyek ini akan menciptakan puluhan ribu lapangan kerja baru sekaligus berkontribusi pada pengembangan energi masa depan," katanya.
Di samping itu, Undang-Undang atau UU Cipta Kerja yang baru disahkan parlemen juga memberikan kepastian terkait persyaratan izin lingkungan, analisis dampak lingkungan, dan pembentukan dana rehabilitasi lingkungan.