TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance atau Indef Bhima Yudhistira menilai industri teknologi finansial atau fintech peer-to-peer lending harus meningkatkan penyaluran pembiayaan ke luar Jawa. Menurut dia, selama ini penyaluran pembiayaan fintech peer-to-peer (P2P) lending masih terkonsentrasi di Jawa. Selain karena aktivitas perekonomian lebih marak di Jawa, perusahaan-perusahaan fintech pun sebagian besar berasal dari sana.
Bhima mengatakan setidaknya terdapat tiga alasan industri fintech harus menggenjot pembiayaan ke seluruh penjuru Indonesia.
Pertama, masyarakat umum, pelaku usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM), serta pelaku usaha ultra mikro di seluruh Indonesia sangat membutuhkan pendanaan.
Rendahnya tingkat inklusi keuangan di luar Jawa menjadi cerminan bahwa masyarakat belum mengakses layanan keuangan konvensional. Mereka pun kerap terkendala ketika harus memenuhi persyaratan pinjaman kepada perbankan, sehingga penetrasi kredit masih rendah.
"Fintech bisa membantu segmen unbankable di luar Jawa, karena selama ini akses di keuangan formal, khususnya perbankan masih rendah. Harapannya fintech bisa masuk ke sana," ujar Bhima kepada Bisnis, Minggu, 22 November 2020.
Kedua, menurutnya, fintech dapat memberikan kesempatan para pelaku usaha di luar Jawa untuk memanfaatkan teknologi yang ada di platform tersebut, khususnya P2P lending. Keberadaan fintech akan membuat masyarakat di luar Jawa menjadi lebih melek keuangan digital.