TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) bakal terkonsolidasi melemah pada pekan depan. "Support IHSG di level 5,541 sampai 5,462 dan resistance di level 5,628 sampai 5,657," ujar dia dalam keterangan tertulis, Ahad, 22 November 2020.
Meningkatnya kasus positif Covid-19 di beberapa negara disertai mulai turunnya optimisme terkait vaksin menjadi sentimen yang membuat pasar saham terkonsolidasi melemah pekan depan. Perkara stimulus di Amerika Serikat dan pasar keuangan yang naik banyak beberapa pekan terakhir juga membuka koreksi sehat pada IHSG.
Hans mengatakan pada pekan lalu pasar sangat positif akibat kemajuan efektivitas vaksin. Data final vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech menunjukkan efektif 95 persen mencegah virus tersebut.
Moderna juga merilis data awal bahwa vaksinnya menunjukkan efektivitas 94,5 persen, serta Rusia yang mengklaim vaksin eksperimental dari hasil uji coba tahap akhir dengan jumlah pengetesan besar efektif lebih dari 90 persen. "Vaksin menimbulkan harapan ekonomi dunia akan segera pulih di semester dua 2021," ujar Hans.
Belum lagi, kata Hans, vaksin dari Moderna memberikan harapan yang lebih besar karena dapat tetap stabil pada suhu 36 hingga 46 derajat Fahrenheit. Suhu ini merupakan suhu standar lemari es rumah atau medis dan dapat disimpan hingga 30 hari. Bila suhu negatif 4 derajat Fahrenheit maka vaksin ini dapat disimpan hingga enam bulan.
Sebelumnya, vaksin Pfizer membutuhkan suhu penyimpanan minus 94 derajat Fahrenheit, sehingga akan mempersulit pendistribusian vaksin. Harapkan vaksin yang efektif dan mudah didistribusikan membawa harapan pandemi segera berlalu. Hasil uji coba vaksin beberapa perusahaan di atas akan diserahkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM (FDA) Amerika Serikat untuk disetujui.
"Akhir tahun ini Pfizer memperkirakan ada 50 juta dosis vaksin sedangkan Moderna ada 60 juta dosis vaksin tersedia. Vaksin baru tersedia untuk keperluan darurat dan masih menunggu pengesahan untuk pemakaian umum dan masal," kata Hans.
Hans melihat pasar saham mengalami kenaikan akibat optimisme vaksin. Hal tersebut terlihat dari aliran dana masuk ke pasar saham. Sektor yang naik terutama bank, tur dan perjalanan, serta komoditas. Selain itu terlihat investor mulai beralih ke saham Asia Tenggara sebagai rotasi global dari sektor bernilai tinggi ke sektor yang bertumbuh. Kenaikan pasar keuangan di Asia Tenggara termasuk Indonesia di tahun depan diperkirakan masih akan terjadi, terutama bila vaksin efektif dan berhasil didistribusikan.
Meski demikian, di tengah harapan vaksin yang merupakan sentimen positif di jangka menengah panjang, terjadi lonjakan kasus Covid-19 di beberapa Negara. Di Amerika Serikat Minggu ini terjadi kenaikan rata-rata mingguan 26 persen kasus di bandingkan pekan sebelumnya. Hal yang hampir sama terjadi di beberapa Negara Eropa mendorong potensi pertumbuhan ekonomi negatif di kuartal ke 4 tahun 2020.
"Peningkatan langkah penguncian ekonomi dapat mengganggu proses pemulihan ekonomi dan menjadi sentimen negatif bagi pasar saham Dunia," ujar Hans.
Di tengah kenaikan kasus positif Covid-19, Hans melihat pasar keuangan akan memperhatikan masalah antara The Fed dan Departemen Keuangan terkait program kredit bantuan pandemi. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan program kredit bantuan pandemi sebesar USD 455 miliar yang dialokasikan musim semi lalu di bawah undang-undang CARES harus dikembalikan ke Kongres untuk dialokasikan kembali sebagai hibah untuk perusahaan kecil.
Program ini, ujar Hans, dianggap penting bagi bank Sentral dan bila dihentikan akan berdampak tidak baik bagi perekonomian. Ketika kasus infeksi baru Covid-19 meningkat diikuti pembatasan kegiatan sosial dapat mendorong gelombang PHK baru dan perlambatan pemulihan ekonomi.
"Hal ini mengecewakan pelaku pasar keuangan yang berhadap The Fed dan Departemen Keuangan dapat bekerja sama mengatasi dampak Pandemi yang akhir-akhir ini meningkat risikonya," tuturnya