Adapun Garuda Indonesia hanya memiliki satu pesawat Boeing 737 Max 8. Irfan memastikan entitasnya belum memiliki rencana untuk kembali mengudarakan armada tersebut. Garuda Indonesia masih menunggu aba-aba otoritas penerbangan dalam negeri untuk kembali mengaktifkan pesawat.
Di samping itu, di tengah pandemi, Garuda Indonesia masih mempertimbangkan penambahan jumlah armada terbang karena beberapa pesawat masih belum beroperasi. Kondisi ini terjadi lantaran permintaan dari sisi penumpang menciut. “Kami akan mengoperasikan pesawat berbasis asas prioritas dan kebutuhan,” tutur Irfan.
Pada 18 November lalu, FAA telah mencabut larangan terbang boeing 737 Max 8. Pencabutan larangan terbang sudah ditandatangani Kepala FAA Steve Dickson. Bersamaan dengan itu, FAA merilis rincian akhir dari rekomendasi perangkat lunak, sistem, dan peningkatan pelatihan yang harus diselesaikan Boeing serta maskapai penerbangan sebelum mengangkut penumpang.
Seluruh maskapai Boeing 737 Max sebelumnya di-grounded atau dikandangkan setelah dua kecelakaan maut yang melibatkan maskapai Ethiopian Airlines ET 320 dan Lion Air JT 610 terjadi. Kecelakaan Boeing 737 Max di Indonesia dan Ethiopia menewaskan total 346 orang dalam waktu lima bulan pada 2018 dan 2019. Kecelakaan ini memicu penyelidikan lanjutan yang mencoreng Amerika Serikat dalam penerbangan global dan merugikan Boeing senilai US$ 20 miliar.
Baca: Per Januari 2021, Uni Eropa Bakal Izinkan Boeing 737 Max Kembali Terbang