Tak hanya itu. Yose menyebutkan pengembangan Gojek sebagai super app bukan hanya melayani jasa transportasi online. Lebih dari itu, Gojek juga memiliki platform produk finansial teknologi seperti transaksi pembayaran.
Dengan investasi Telkom di Gojek itu, menurut Yose, tak tertutup kemungkinan Telkomsel bisa memperbesar asetnya dari hasil capital gain berinvestasi di Gojek. "Sinergi ini menguntungkan bisnis Telkomsel secara langsung," katanya.
Keputusan membenamkan investasi Rp 2,1 triliun dilaporkan ke Bursa Efek Indonesia pada Selasa lalu, 17 November 2020. "Telkom percaya kolaborasi ini dapat memberikan layanan dan solusi yang lebih baik kepada masyarakat dalam membangun ekonomi digital yang inklusif dan berkesinambungan," kata VP Investor Relations Telkom Andi Setiawan, dalam keterbukaan informasi di BEI.
Pekan lalu, Co-CEO Gojek, Andre Soelistyo mengumumkan, perusahaan berhasil mencetak laba operasional di luar biaya kantor pusat di tengah kondisi pandemi. Gojek juga mengumumkan jika fundamental perusahaan pada 2020 semakin kuat didukung oleh total nilai transaksi di dalam platform Gojek group (gross transaction value - GTV) yang mencapai US$ 12 miliar atau sekitar Rp 170 triliun, naik 10 persen dibandingkan tahun lalu.
Pencapaian ini didorong antara lain oleh transaksi dari pengguna aktif bulanan (monthly active users) Gojek yang telah mencapai 38 juta pengguna di seluruh Asia Tenggara.
BISNIS
Baca: Rencana Gojek Setelah Dapat Suntikan Rp 2,1 Triliun dari Telkomsel