TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Urusan Perdagangan dan Keberlanjutan, Togar Sitanggang memperkirakan pendapatan devisa dari sawit tahun ini bisa melampaui kinerja tahun 2019.
"Mungkin sedikit lebih tinggi dibanding 2019, tapi ga jauh, US$ 20 miliar. Di 2020 ini mudah-mudahan sampai US$ 21 miliar," kata Togar dalam konferensi pers virtual, Jumat, 20 November 2020.
Kenaikan tipis itu terjadi, meski volume ekspor turun dibanding 2019. Togar menuturkan penyebab utama pendapatan devisa dari sawit naik karena harga yang sudah membaik.
Menurut Togar, pada saat ini harga sawit naik di atas 45 derajat. Hari ini, kata dia, harga freight on board (FOB) CPO mencapai US$ 860 per Metric Tonnes (MT). "Jadi ini bisa meningkatkan devisa. Tahun depan tunggu tanggal mainnya saja."
Gapki, kata Togar, akan menyelenggarakan Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) untuk pertama kalinya secara virtual. IPOC adalah konferensi industri minyak sawit terbesar dunia, yang memberikan informasi perkembangan industri sawit Indonesia dan global terkini serta menganalisis tren harga minyak sawit ke depan.
Hajatan 16th Indonesian Palm Oil Conference and 2021 Price Outlook akan diselenggarakan pada tanggal 2 - 3 Desember 2020 secara virtual. Acara tersebut akan mengusung tema Palm Oil Industry in The New Normal Economy.
Baca: Lawan Diskriminasi Sawit RI di Eropa, Retno Marsudi: Treat Us Fairly