TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan atau IHSG bergerak fluktuatif pada sesi akhir perdagangan hari ini dan sempat menyentuh level 5.628,442. Namun IHSG lalu tertekan dan berakhir di zona merah pada akhir perdagangan dengan koreksi 0,4 persen ke level 5.571,66.
Koreksi itu sekaligus mengakhiri reli pergerakan IHSG yang menguat sejak perdagangan Jumat pekan lalu, 13 November 2020. Dalam sepekan terakhir, laju indeks menguat 2,03 persen.
Berbeda dengan sesi sebelumnya, investor asing menekan pasar modal dalam negeri dengan aksi jual. Tercatat, net sell atau jual bersih mencapai Rp 400,06 miliar hingga menjelang sesi penutupan.
Adapun PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menjadi sasaran utama aksi jual dengan net sell Rp 83 miliar. PT Astra International Tbk. (ASII) mengekor dengan Rp70,4 miliar.
Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Laksono Widodo mengatakan pergerakan IHSG dan akhirnya melemah adalah koreksi wajar. Pasalnya, laju indeks sudah naik kencang.
“Menurut saya koreksi wajar, pasti akan ada aksi take profit setelah naik kencang. Biasanya investor mau weekend dengan tenang jadi take profit dulu ya,” ujar Laksono ketika dihubungi, Jumat, 20 November 2020.
Hal senada disampaikan oleh analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama. Ia menyebutkan profit taking terjadi setelah euforia penetapan suku bunga acuan Bank Indonesia. Langkah itu diyakini akan meningkatkan kinerja pertumbuhan ekonomi nasional.
“Profit taking juga terjadi setelah market euforia pada hasil pengumuman current account kuartal III/2020 yang berhasil mengalami surplus US$1 miliar atau melampaui ekspektasi pasar,” kata Nafan.
BISNIS
Baca: IHSG Ditutup Naik Setelah Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga