”Tren recovery atau pemulihan cukup baik, didorong dengan meningkatnya pembayaran dari lelang, dimana kontribusi terbesar disumbang oleh segmen UMKM dengan proporsi 35 persen,” katanya. Upaya ini akan terus dioptimalkan hingga akhir tahun, dengan meningkatkan frekuensi lelang terhadap kredit beragunan.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso berujar laju NPL perbankan 2020 diproyeksi akan tetap terjaga di level 3 persen, atau tak akan kembali naik signifikan, meski pandemi Covid-19 masih berlanjut.
“Kami optimistis datanya tidak akan tembus 5 persen, ini sudah proses recovery,” ucapnya. Meski demikian, dia tetap mengimbau perbankan nasional untuk tetap melakukan pencadangan, serta upaya-upaya penyehatan neraca, untuk menekan NPL.
Terlebih, program restrukturisasi kredit turut diperpanjang oleh otoritas hingga Mei 2022, dari semulai berakhir pada Mei 2021. Wimboh mengatakan kebijakan restrukturisasi berperan penting untuk menekan tingkat NPL perbankan.
“Kalau kebijakan ini tidak ada, NPL bisa lebih tinggi dari realisasi saat ini, bahkan bisa menyentuh 16 persen,” kata dia. Ke depan, OJK memproyeksikan perbaikan kualitas kredit akan terus berlanjut, seiring dengan mulai melandainya permintaan restrukturisasi yang diajukan debitur. “Apalagi kalau vaksin bisa didistribusikan dan efektif, karena akan memberikan kepercayaan masyarakat yang lebih.”
Baca: BTN Gelar Program DP Rumah 10 Persen untuk Wilayah Jabodetabek hingga Surabaya