TEMPO.CO, Jakarta - Terus melonjaknya kasus positif Covid-19 memicu harga minyak mentah dunia terjun bebas ke bawah level US$ 41 per barel. Pandemi virus Corona yang belum mereda ini diperkirakan bakal membuat proyeksi permintaan minyak dunia menyusut.
Harga WTI untuk pengiriman Desember 2020 turun 0,8 persen menjadi US$ 40,78 per barel. Sedangkan harga minyak jenis Brent untuk pengiriman Januari 2021 melemah 0,6 persen menjadi US$ 43,27 per barel.
Belakangan jumlah kasus positif di Eropa kembali merebak dan memicu lockdown tahap dua. Saat ini, trafik lalu lintas sudah terpangkas hampir 50 persen di sejumlah negara.
Situasi ini disusul oleh naiknya angka kasus positif di AS, Jepang, dan Korea Selatan. Negara-negara ini merupakan negara konsumen minyak yang cukup besar.
Data Johns Hopkins University menunjukkan jumlah kasus positif Covid-19 di seluruh dunia sudah menembus 52,86 juta. Bloomberg melaporkan Jumat lalu (13 November 2020), naiknya kasus juga sudah membuat International Energy Agency (IEA) dan organisasi negara eksportir minyak mentah atau (OPEC) memangkas kembali perkiraan permintaan minyak global.
Meski demikian, kabar tentang positifnya hasil uji coba vaksin Covid-19 masih mampu menopang harga sepanjang pekan ini. Secara keseluruhan, harga minyak mentah masih naik 10 persen.
Sayangnya, tiga bank besar dunia menyatakan berita tentang vaksin saja diperkirakan tidak akan cukup untuk mengakhiri berbagai tantangan ekonomi akibat pandemi.
"Ada perbedaan besar antara pemulihan permintaan di Asia dan Eropa. Kita bisa berasumsi bahwa lockdown yang lebih ketat akan berlanjut di AS, yang akhirnya berdampak terhadap turunnya permintaan," papar Kevin Solomon, analis di StoneX Group.
BISNIS
Baca: Harga Minyak Anjlok ke Bawah USD 40 per Barel karena Sentimen Pilpres AS?