TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran memprediksi pemotongan harga yang dilakukan oleh sejumlah maskapai penerbangan meningkatkan okupansi hotel sekitar 10 persen sampai dengan akhir tahun.
Menurut dia, langkah maskapai penerbangan tersebut bakal seiring dengan upaya pemerintah memaksimalkan penyerapan anggaran hingga akhir tahun.
"Kenaikan itu akan ada. Terutama, karena pemerintah sedang mendorong penyerapan anggaran. Dengan demikian, bisnis tourism bakal bergerak dan meningkatkan okupansi hotel," ujar Maulana kepada Bisnis.com, Rabu 11 November 2020.
Kendati demikian, pemotongan harga seperti halnya yang dilakukan oleh Sriwijaya Air dan AirAsia diharapkan dapat gencar dilakukan untuk penerbangan-penerbangan antarpulau.
Pasalnya, kata Maulana, pergerakan pesawat antarpulau merupakan pemicu utama bagi peningkatan jumlah wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia. Upaya tersebut, lanjutnya, diyakini mampu membantu peningkatan kunjungan wisatawan hingga akhir tahun.
Selain itu, kebijakan pemerintah juga menjadi faktor penentu dalam bagi sektor pariwisata. Dengan kata lain, pelaku usaha pariwisata berharap pemerintah tidak kembali melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Dengan demikian, paling tidak perhotelan tidak tertatih-tatih lagi dan daya tahannya bertambah," ujar Maulana.
Baca: Akses ke Bandara Soekarno-Hatta Lumpuh, AP II Jadwal Ulang Penerbangan