TEMPO.CO, Jakarta - Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) meminta kasus kebocoran data yang baru-baru ini terjadi pada e-commerce dan layanan digital Lazada dan Cermati untuk ditangani serius. BPKN meminta dilakukan audit kembali terhadap sistem keamanan informasi semua penyedia layanan digital ini.
“Untuk itu kami mendesak, perlu ada investigasi mendalam dan menyeluruh terhadap semua kebocoran data pengguna," kata Ketua BPKN Rizal E. Halim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, 9 November 2020.
Menurut dia, audit perlu dilakukan, terutama untuk data pengguna yang sudah bocor dan diperjualbelikan. Jangan sampai, konsumen tidak percaya akan layanan digital dan berhenti menggunakannya. "Hal itu tentu merugikan," kata dia.
Sebelumnya, kasus kebocoran ini beredar di situs Raidforums. Di dalamnya, ada data yang diperjualbelikan dari cermati.com sebanyak 2,9 juta pengguna yang diambil dari kegiatan 17 perusahaan, sebagian besar kegiatan finansial.
Sedangkan, Lazada mengalami kebocoran sebanyak 1,1 juta data. Adapun, pihak Lazada mengatakan bahwa insiden terkait keamanan data di Singapura itu, melibatkan database khusus Redmart yang di-hosting oleh penyedia layanan pihak ketiga.
CEO dan Co-Founder Cermati.com, Andhy Koesnandar menjelaskan beberapa waktu yang lalu, perseroan telah mendeteksi adanya akses tidak sah ke dalam platform Cermati.com yang mengandung data dari sebagian pengguna. "Perseroan mengambil lima langkah untuk memastikan data pelanggan aman. Pertama, Cermati.com melakukan investigasi dan menghapus akses yang tidak sah untuk memastikan data pengguna tetap terjaga," kata Andhy kepada Bisnis.com, 2 November 2020.
Sebelum ini, beberapa kasus kebocoran data lain juga sudah terjadi, mulai dari Tokopedia, Gojek, sampai Bukalapak. Rizal mengatakan beberapa kejadian kebocoran data pribadi ini menunjukkan bahwa konsumen tidak mendapatkan perlindungan keamanan yang memadai.
FAJAR PEBRIANTO I BISNIS