TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah bisa menguat hingga ke Rp 13.800 per dolar Amerika Serikat pada pekan depan. Ia menyebut penguatan tersebut sangat mungkin terjadi mengingat pada akhir perdagangan pekan ini atau pada waktu sebelum Joe Biden menang Pemilu AS, rupiah sudah menginjak level Rp 14.210 per dolar AS.
"Ada kemungkinan besar bahwa pekan depan, di hari Kamis atau Jumat, rupiah akan menembus Rp 13.800," ujar Ibrahim kepada Tempo, Ahad, 8 November 2020. Ia mengatakan penguatan tersebut bakal didorong sejumlah sentimen, salah satunya hasil pemilihan umum Amerika Serikat.
Menurut Ibrahim, hasil perhitungan suara yang membuat Joe Biden menang Pemilu AS atas inkumben Donald Trump membuat harapan masyarakat menjadi kenyataan. Meskipun Trump mengatakan masih akan menggugat hasil pemilu tersebut, ia menyakini kondisi tidak akan berubah. Kemenangan Joe Biden dinilai menjadi sentimen positif bagi pasar.
Ibrahim berujar peluang Joe Biden membekukan perang dagang antara AS dengan Cina dan Uni Eropa menjadi harapan tersendiri bagi pelaku pasar. Sebab, menurut dia, perang dagang tak hanya merugikan dua negara, melainkan seluruh dunia.
"Peluang ini lah yang direspon positif oleh pasar, sehingga akan banyak dana asing ke Indonesia. Masuknya dana asing ke Indonesia akan menguatkan rupiah," tutur Ibrahim.
Kondisi itu juga akan diperkuat oleh kuatnya fundamental ekonomi Indonesia. Meskipun Badan Pusat Statistik telah mengumumkan terjadinya kontraksi ekonomi 3,49 persen pada kuartal III yang menandakan Indonesia masuk ke resesi, pelaku pasar dan pemerintah dinilai sudah mengantisipasinya. Sehingga, pengumuman tersebut tak lagi berdampak signifikan.
"Lalu trade balance dan investasi mulai terlihat menggeliat, sehingga bisa saja Q4 infrastruktur sudah berjalan kembali, sehingga konsumsi berjalan kembali," ujar Ibrahim. Nantinya, kalau konsumsi masyarakat dan investasi berjalan baik, maka perekonomian pun akan bergerak positif.
Faktor lainnya, menurut Ibrahim, adalah adanya peluang Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Desember mendatang. Penurunan suku bunga acuan diperkirakan akan menyokong penguatan rupiah.
"Jadi jangan heran kalau di pekan depan rupiah bisa di Rp 13.800 (terhadap dolar) dan di pekan ketiga Rp 13.500," ujar Ibrahim.
Senada dengan Ibrahim, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan kemenangan Joe Biden membawa potensi perang dagang AS dan Cina tidak menjadi lebih buruk. Bahkan, ada harapan perang dagang itu berhenti.
Dengan demikian, risiko pasar pun dinilai akan turun. Sejurus dengan itu, gejolak di pasar juga mereda. "Hal ini cenderung membuat mata uang dunia menguat terhadap USD termasuk Yuan, Euro, dan lainnya. Rupiah tidak tertinggal dan dalam beberapa hari mengalami penguatan signifikan. Ini juga mendorong dana masuk ke aset berisiko di emerging market," kata Hans.