TEMPO.CO, Jakarta – Pengamat penerbangan sekaligus Presiden Direktur Aviatory Indonesia Ziva Narendra Arifin menyarankan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk melakukan pelbagai upaya untuk mendulang keuntungan setelah perseroan mencatatkan rugi hingga Rp 15,2 triliun pada kuartal III 2020. Salah satunya dengan konsisten menjaga pergerakan harga tiket.
“Untuk meraih skala pertumbuhan yang ideal, maskapai perlu menekankan konsistensi dalam menjaga strategi harga,” ujar Ziva saat dihubungi pada Ahad, 8 November 2020.
Menurut Ziva, emiten berkode GIAA ini masih harus menempuh jalur yang panjang untuk memperbaiki likuiditasnya, terutama di tengah pandemi. Sebab, kondisi penyebaran virus membuat tekanan keuangan terhadap keuangan semakin dalam.
Seperti prediksi Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional (IATA) dan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), Ziva menerangkan, industri penerbangan baru akan pulih pasca-pandemi pada 2024. Karena itu selain menjaga konsistensi harga tiket, ia menekankan pentingnya kebijakan lain seperti menjaga stabilitas sumber daya manusia dan mengoptimalkan aset.
Maskapai penerbangan juga disarankan untuk mematuhi protokol kesehatan agar masyarakat merasa aman saat bepergian. Ziva meminta Garuda Indonesia tetap menjaga kapasitas angkut maksimalnya, yakni 70 persen per pesawat, agar masyarakat percaya terhadap standar pelayanan perusahaan di masa pandemi.
“Walaupun penjualan tiket praktis harus dipotong 30-50 persen demi menjaga social distancing (jaga jarak fisik), sikap bertanggung jawab ini akan mendorong loyalitas konsumen,” ucapnya.