TEMPO.CO, Jakarta – Direktur PT TRX Garuda Berjangka Ibrahim Assuabi tak sepakat dengan pernyataan ustaz Yusuf Mansur yang mendorong masyarakat membeli saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk setelah perusahaan membukukan rugi Rp 15,32 triliun. Ibrahim mengatakan masyarakat justru harus berhati-hati terhadap fluktuasi saham emiten berkode GIAA tersebut.
“Masyarakat harus waspada melakukan pembelian-pembelian saham di Garuda. Untuk saat ini wait and see dulu karena kemungkinan ada koreksi lagi,” tutur Ibrahim saat dihubungi pada Ahad, 8 November 2020.
Ibrahim mengatakan perusahaan yang bergerak di bidang transportasi masih akan mengalami tekanan karena adanya ketidakpasitan sepanjang masa pandemi. Investor asing, kata dia, diperkirakan menarik modalnya sehingga membuat saham bisa kembali terkoreksi di level yang lebih rendah.
Ditambah lagi, kata dia, Garuda masih terseret kasus suap dan korupsi yang melibatkan perusahaan pesawat Bombardier Inc. Kasus ini pun baru saja diumumkan untuk diinvestigasi oleh lembaga pemberantasan korupsi di Inggris, yakni Serious Fraud Office (SFO).
“Ini mengakibatkan saham-saham di Garuda bisa terjun bebas,” katanya.
Ketimbang membeli saham di emiten transportasi, Ibrahim mengatakan masyarakat pada masa ini lebih memilih untuk menabung saham di emiten bluechip yang bergerak di sektor perbankan, teknologi, dan farmasi. Kendati demikian, masyarakat masih memiliki harapan untuk menabung saham di Garuda, yakni saat negara-negara di dunia membuka pintu kunjungan wisatawan asingnya pasca-pandemi.