TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk. mengumumkan perolehan laba bersih konsolidasi (unaudited) sebesar Rp 1,9 triliun pada sembilan bulan pertama 2020 dengan earnings per share Rp 74,79.
Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M. Siahaan menyebutkan rasio kecukupan permodalan (capital adequacy ratio/CAR) perseroan cukup baik di level 20,88 persen per 30 September 2020. Dengan total aset mencapai Rp 281,7 triliun per 30 September 2020, CIMB Niaga mempertahankan posisinya sebagai bank swasta nasional terbesar kedua di Indonesia dari sisi aset.
Adapun total penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp 211,9 triliun dengan rasio dana murah (current account saving account/CASA) sebesar 60,31 persen. Sementara dana giro dan tabungan mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 35,6 persen secara year on year (yoy) dan 16,6 persen(yoy), sejalan dengan komitmen bank untuk mengembangkan layanan digital dan meningkatkan customer experience.
CIMB Niaga, kata Tigor, juga menyambut baik sejumlah program stimulus dari pemerintah dan bank sentral serta adanya relaksasi untuk mengatasi dampak Covid-19 di dalam negeri pada kuartal III tahun 2020. Hal-hal itu telah turut mendorong perbaikan di sejumlah indikator ekonomi terbaru.
Meski demikian, prospek pemulihan ekonomi dinilai masih menantang. "Dalam masa ini, kami berkomitmen terus mendukung karyawan, nasabah, dan masyarakat untuk menghadapi kondisi ini secara bersama-sama," kata Tigor seperti dikutip dalam rilis, Jumat, 6 November 2020.
Sepanjang kuartal ketiga tahun ini, CIMB Niaga telah menyalurkan kredit yang disalurkan sebesar Rp 180,9 triliun, yang utamanya dikontribusikan oleh bisnis consumer banking yang tumbuh 4,1 persen (yoy). “Kredit Pemilikan Rumah (KPR) kami tumbuh 7,9 persen yoy, sementara kredit pemilikan mobil (KPM) meningkat sebesar 7 persen (yoy),” katanya.
Di segmen perbankan Syariah, unit usaha syariah CIMB Niaga (CIMB Niaga Syariah) juga mempertahankan posisinya sebagai UUS terbesar di Indonesia. Tercatat total pembiayaan yang digelontorkan mencapai Rp 32,6 triliun, tumbuh 4,7 persen (yoy) dan DPK sebesar Rp 35,1 triliun, tumbuh 32 persen (yoy) per 30 September 2020.