Rabu (15/10) ini kedua delegasi bertemu dalam Forum Kedua Sektor Energi Korea-Indonesia. "Mereka ingin masuk ke beberapa proyek energi, nanti akan kami lihat bagaimana kemungkinannya," kata Purnomo usai pembukaan forum itu di Hotel Ritz Carlton, Jakarta.
Dia belum bisa memastikan berapa nilai rencana investasi Korea. Yang jelas, beberapa proyek telah dilirik, seperti kelistrikan dan rencana pengembangan energi nuklir.
Menurut Purnomo, beberapa proyek listrik cukup memungkinkan untuk dijajaki. Treborn Electric Power misalnya. Pembangunan proyek yang saat ini berlangsung tersebut menggunakan teknologi Korea, yakni Dosan.
Belum lagi proyek pembangkit listrik tenaga gas di Bojanegara, Banten. "Bagi kami silahkan berinvestasi, tapi untuk nuklir mungkin lebih pada pertukaran pengetahuan teknologi dahulu," ujar dia.
Selain itu, kata Purnomo, Korea juga ingin kontrak pasokan energi, baik minyak, gas dan batu bara dari Indonesia tetap berlanjut.
Bahkan, delegasi Korea telah menyatakan rencana perpanjangan kontrak pasokan gas alam cair (LNG) dari Lapangan Arun dan Bontang yang akan habis masa kontraknya pada 2014 dan 2017 mendatang.
"Kami belum bisa memberi kepastian, karena saat ini kami masih negosiasi perpanjangan kontrak dengan Jepang," ucapnya.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Evita Herawati Legowo, mengungkapkan invetasi Korea untuk sektor energi Indonesia selama ini telah mencapai 8,5 miliar dolar AS.
Dia menilai, Korea merupakan mitra yang menguntungkan. Selain karena sesama bangsa Asia, Korea merupakan negara yang mutakhir di bidang energi.
"Mereka berani memulai duluan. Misalnya nuklir, Korea hanya pertama saja menggunakan jasa orang asing, tapi berikutnya mengembangkan sendiri," tuturnya.
Agoeng Wijaya