“Namun, di sisi lain, negatifnya penekanan pada fair trade menyebabkan peningkatan kasus-kasus trade remedies yang dilakukan AS secara bilateral maupun multilateral terhadap Indonesia,” tutur Shinta.
Meski mengupayakan kebijakan yang lebih kompromistis, Biden dinilai tidak akan sepenuhnya pro terhadap perdagangan bebas. Dia diprediksi akan tetap menjaga keseimbangan antara relasi dagang dan proteksi pasar AS terhadap produk impor, seperti dari Cina dan negara-negara lain.
Karenanya, bila berhasil menduduki Gedung Putih, Biden dinilai tidak akan serta-merta menghentikan perang dagang. “Bahkan dalam presentasi economic plan-nya yang berjudul Made in All of America menunjukkan adanya political will untuk memproteksi pasar AS dalam penciptaan lapangan kerja,” katanya.
Jadi menurut Shinta, kebijakan Biden akan relatif sama dengan Trump. Hanya, konsep yang diusung Biden lebih terstruktur alias tak terlampau sporadis seperti Trump. Di luar itu semua, Shinta memproyeksikan kemenangan Biden tidak akan terlampau banyak memberikan pengaruh bagi Indonesia, terutama terkait iklim usaha dan investasi.
“Karena konflik AS-Cina dan negara-negara lain cenderung terus dipertahankan oleh Biden untuk (memenuhi) kebutuhan ekonomi internalnya sendiri, khususnya job creation,” ucapnya.
Baca: 5 Prediksi Imbas Terhadap Ekonomi RI Jika Joe Biden Menang di Pilpres AS