TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha kuliner Hendy Setiono, pendiri jaringan waralaba Kebab Baba Rafi, meluaskan bisnisnya dengan menggandeng perusahaan rintisan, eFishery. Baba Rafi dan eFishery akan bekerjasama mengelola layanan franchise tambak udang vaname.
"Something big is happening," kata Hendy Setiono seperti ditulis di akun Instgaramnya. Menurut Hendy, pada fase pertama dalam kolaborasi ini, eFishery akan mengelola 204 kolam tambak udang di Subang dan Lampung yang merupakan tambak kelolaan grup bisnis Kebab Baba Rafi.
Kelak, eFishery akan bertindak sebagai technical expert yang akan mengatur manajemen operasional tambak dan memberikan pendampingan dari awal hingga akhir siklus budidaya. Penerapan teknologi oleh eFishery diperkirakan mampu menekan angka kegagalan panen hingga 50 persen dan mampu meningkatkan tingkat produksi atau hasil panen dari tambak udang hingga 25-30 persen.
"Target dari kolaborasi ini adalah kami dapat membuka 500 kolam tambak udang baru sehingga dapat membantu lebih banyak pembudidayaan udang dan membatu kesejahteraan pembudidayaan udang," ujarnya. Pada fase pertama dalam kolaborasi ini, eFishery akan mengelola 71 tambak udang seluas 40.000 meter persegi yang merupakan tambak waralaba kelolaan grup bisnis kebab Baba Rafi.
CEO & Co-Founder eFishery, Gibran Huzaifah, menambahkan, “eFishery mempunyai keahlian dalam penguasaan teknologi akuakultur, dan kami bisa menerapkan teknologi sekaligus mengelola bisnis tambak udang secara end-to-end. Selain itu, kerja sama dengan Baba Rafi yang ahli dalam mengelola franchise ini merupakan suatu bentuk strategic partnership, Baba Rafi yang menjalankan bisnis waralaba sedangkan eFishery yang mengelola operasional tambak.
"Kami berharap kolaborasi ini akan memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakat dan stakeholders lainnya.” ujarnya dalam keterangan tertulis. (Baca juga: Tahun 2020 Lesu, Bagaimana Kiat Baba Rafi?)
Selama ini bisnis udang banyak diekspor perikanan Indonesia. Porsi ekspor udang yang mencapai hingga 40% dari seluruh ekspor perikanan. Selain itu, udang juga termasuk dalam 10 komoditas non-migas dengan surplus terbesar di Indonesia. Hal ini yang membuat Baba Rafi tertarik untuk menggeluti bisnis tambak udang vaname dengan model waralaba.
Kepastian hasil produksi tambak udang vaname Baba Rafi, menurut Hendy, diharapkan semakin terjaga dengan masuknya eFishery sebagai pengelola tambak. Sejak didirikan tahun 2013, eFishery dikenal sebagai pemain utama di bidang teknologi akuakultur dan merupakan perusahaan aquaculture intelligence pertama di Indonesia. Mereka telah meluncurkan produk eFisheryFeeder yang merupakan alat pemberi pakan otomatis berbasis cloud. Dengan alat ini mereka bisa memberikan pakan lebih efisien, hasil panen yang lebih baik dan bisa memecahkan masalah-masalah lain di sektor akuakultur secara terintegrasi dengan mengacu pada data dan teknologi.
“Potensi bisnis udang di Indonesia amat besar. Pemerintah menargetkan meningkatkan nilai produksi udang naik 3x selama lima tahun ke depan, kita butuh inovasi bisnis agar dapat tercapai," kata Hendy.
Dia menambahkan, penerapan teknologi oleh eFishery diperkirakan mampu menekan angka kegagalan panen hingga 50 persen serta meningkatkan tingkat produksi atau hasil panen dari tambak udang hingga 25-30 persen. Upaya ini diharapkan mampu mendongkrak potensi Indonesia yang saat ini merupakan negara produsen udang ketiga terbesar di dunia, setelah China dan India.
Hingga saat ini, grup bisnis waralaba kebab Baba Rafi mengelola 204 kolam tambak yang berada di Subang dan Lampung. Sejak diluncurkan pada 2017, waralaba tambak udang vaname Baba Rafi laris dan telah memiliki ratusan investor.
BISNIS