TEMPO.CO, Jakarta - Tenaga Ahli Utama Kedeputian III Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai mengalami pemulihan, meski masih terkontraksi. Dalam pengumuman hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi kuartal III 2020 tumbuh minus 3,49 persen (year-on-year/yoy) ada perbaikan dari kuartal II 2020 yang minus 5,32 persen yoy.
"Indonesia sudah melampaui titik terendah dan mulai beranjak maju," kata Edy dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis, 5 November 2020.
Menurut Edy, strategi pemerintah merancang sejumlah program dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebagai langkah yang tepat. Lewat strategi ini, pemerintah terus mendorong belanja pemerintah.
Sehingga, kata dia, pertumbuhan konsumsi pemerintah pada kuartal III-2020 bisa positif. “Fakta ini menjadi catatan positif karena sesuai dengan prinsip counter cyclical," kata Edy.
BPS memang mencatat konsumsi pemerintah di kuartal III 2020 tumbuh positif 9,76 persen (yoy), dari sebelumnya minus 6,9 persen yoy pada kuartal II 2020. Tapi sebenarnya, konsumsi pemerintah kian melambat di tengah pandemi ini.
Pada kuartal II 2020 yaitu April sampai Juni, di awal pandemi Covid-19, konsumsi pemerintah tumbuh 22,33 persen (quartal-to-quartal/qtq). Lalu pada kuartal III 2020, turun menjadi 16,93 persen qtq.
Selain mendorong konsumsi pemerintah, Edy menyebut konsumsi pada kelompok menengah atas perlu terus didorong. “Selama ini mereka diduga banyak menempatkan uangnya sebagai tabungan," kata dia.
Sehingga, Edy menyebut pemerintah perlu akan mendorong konsumsi kelompok masyarakat menengah atas ini dengan menegakkan aturan tentang protokol kesehatan Covid-19. "Karena kelompok menengah-atas hanya akan mau keluar dan berbelanja (secara fisik) jika merasa aman,” kata dia.
Baca: Indonesia Resmi Resesi, Ekonomi Minus 3,49 di Kuartal III 2020