TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Umum (Sekum) Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI) Agus Ruli Ardiansyah meminta Kementerian Pertanian dapat mengantisipasi potensi anjloknya harga gabah akibat fenomena La Nina.
"La Nina akan menyebabkan curah hujan yang sangat tinggi bahkan dapat memicu banjir. Hal ini akan memperbesar risiko kegagalan panen, khususnya bagi petani padi mengingat padi adalah tanaman yang tidak boleh kelebihan air. Di samping itu, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) akan semakin meningkat karena kelembaban tinggi," kata Agus di Jakarta, Rabu, 4 November 2020Serikat Petani Indonesia.
Berdasarkan data BMKG, Indonesia akan mengalami fenomena La nina yakni cuaca musim hujan dengan intensitas yang tinggi yang dimulai pada Oktober 2020 hingga April 2021 di wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Menurut Agus, risiko kegagalan panen cukup tinggi karena di beberapa wilayah tanaman padi banyak yang terendam banjir, dan karena curah hujan yang tinggi, harga gabah bisa anjlok di bawah HPP.
Agus memaparkan bahwa berdasarkan data BPS selama Oktober 2020, rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani Rp 4.815 per kg atau turun 1,56 persen dan di tingkat penggilingan sebesar Rp 4.928 per kg atau turun 1,34 persen dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya.
Ia mengkhawatirkan fenomena La Nina yang terjadi di sejumlah wilayah produsen beras akan mengakibatkan harga gabah semakin anjlok di bawah HPP.