TEMPO.CO, Jakarta - Pasca pertemuan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo, pemerintah AS baru-baru ini mengumumkan perpanjangan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) untuk Indonesia. Fasilitas GSP ini memungkinkan produk-produk Indonesia untuk lebih mudah memasuki pasar negara tersebut.
Jokowi meminta kesempatan tersebut dipergunakan untuk memulihkan sekaligus meningkatkan kondisi investasi di Indonesia di tengah tekanan akibat pandemi Covid-19 ini. “Ini menjadi kesempatan. Kita harapkan ekspor kita akan bisa naik, melompat karena fasilitas GSP ini diberikan kepada kita,” kata Jokowi dalam keterangan tertulis, Senin, 2 November 2020.
Sebelumnya, Pemerintah Amerika Serikat, melalui United States Trade Representative (USTR) secara resmi telah mengeluarkan keputusan untuk memperpanjang pemberian fasilitas GSP kepada Indonesia.
Perpanjangan fasilitas GSP tersebut, kata Presiden, juga dapat dipergunakan untuk menarik investasi ke Indonesia.
“Karena kita ada fasilitas itu, sehingga orang ingin mendirikan industri, pabrik, perusahaan di Indonesia akan menjadi lebih menarik karena untuk masuk ke Amerika kita diberikan fasilitas dari Amerika,” ujarnya.
Terkait investasi, dia sudah mengingatkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia untuk menjaga agar pertumbuhan investasi berada di bawah minus lima persen pada kuartal III. Namun hal tersebut belum dapat terwujud.
“Oleh sebab itu, agar ini dikejar di kuartal IV dan nanti di kuartal I (bulan Januari, Februari, dan Maret) itu sudah mulai bergerak lagi,” katanya.
HENDARTYO HANGGI
Baca juga: AS Perpanjang Fasilitas GSP, Luhut Sebut Kinerja Ekspor RI Akan Meningkat