TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. memperkirakan rasio kredit dan pembiayaan bermasalah akan mengalami peningkatan pada akhir tahun 2020. Guna mengantisipasi kondisi tersebut, perseroan mempertebal pencadangan kendati hal itu di satu sisi akan membuat laba semakin tergerus.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan rasio NPL atau kredit macet perseroan diproyeksi akan sebesar 3-4 persen pada akhir tahun ini. Dengan potensi peningkatan NPL tersebut, bank akan tetap membentuk CKPN secara konservatif.
Peningkatan CKPN tersebut juga sebagai respon atas proyeksi perseroan akan adanya debitur restrukturisasi yang kemungkinan tidak bisa bangkit. Bank Mandiri memproyeksi peningkatan CKPN akan berada pada kisaran Rp18 triliun sampai dengan Rp21 triliun.
"Sebagian dari CKPN itu adalah portion dari akun yang direstrukturisasi karena Covid-19," katanya seperti dikutip Bisnis.com, Jumat 30 Oktober 2020.
Per akhir September 2020, rasio coverage cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) konsolidasi Bank Mandiri berada di kisaran 205,15 persen sebagai antisipasi penurunan kualitas kredit akibat pandemi Covid-19. Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perseroan per kuartal III/2020 di level 3,3 persen, naik 80 basis poin dibandingkan periode sama tahun lalu.
Peningkatan CKPN tersebut termasuk salah satu faktor yang membuat laba perseroan menjadi tergerus. Per akhir September 2020, total laba bersih Bank Mandiri turun 30,73 persen (year on year/yoy) menjadi Rp14,03 triliun.