TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA Jahja Setiaatmadja menyebutkan kalangan perbankan masih yakin bisa menggenjot penyaluran kredit pada kuartal terakhir tahun ini. BCA, kata dia, juga berkomitmen untuk terus menyalurkan kredit baru.
Meski begitu, menurut Jahja, pertumbuhan kredit tidak hanya berkaitan dengan penyaluran kredit baru bank. Pertumbuhan kredit juga bergantung pada pelunasan kredit yang dilakukan debitur.
"Harus beri kredit baru terus. Tetapi kalau banyak yang kembalikan dan cicil kredit lamanya, kan tidak bisa dilarang. Itu yang bikin negative growth," katanya kepada Bisnis, Rabu, 28 Oktober 2020.
Jahja menjelaskan, BCA tetap menyalurkan kredit baru selama pandemi tetapi nilai pengembaliannya jauh lebih besar. Dari penyaluran kredit korporasi BCA senilai Rp 45 triliun, misalnya, ada nasabah yang melakukan pengembalian kredit senilai Rp 30 triliun. Artinya, kredit BCA tumbuh secara nett hanya sekitar Rp 15 triliun.
Lebih jauh Jahja menjelaskan, jenis kredit sangat mempengaruhi nilai pengembalian. Ia mencontohkan kredit investasi yang pengembalian dananya dicicil berdasarkan periode tertentu. Ada pula kredit modal kerja yang pengembaliannnya berfluktuasi sesuai dengan penggunaan kredit.
Pada kondisi normal, menurut dia, pertumbuhan kredit baru selalu lebih tinggi dari kredit lama. Dengan begitu, pertumbuhan kredit secara total akan positif.