TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini setiap negara tidak bisa benar-benar berjalan sendirian, khususnya setelah negara dilanda pandemi Covid-19.
"Setelah Covid banyak negara bakal mengalami beban fiskal yang sangat besar," ujar Sri Mulyani dalam acara B20 Saudi Arabia Summit 'Multilaterals Session: Redesigning Multilateralism for a New Era', Senin, 27 Oktober 2020.
Misalnya saja negara berpenghasilan rendah, kata dia, pasti membutuhkan restrukturisasi atau dukungan utang agar dapat bangkit dan memulai proses pembangunannya kembali.
Adapun negara berkembang harus mengatur kembali kebijakan fiskal dan moneternya. Mengingat, situasi pandemi menuntut peran bank sentral, misalnya, untuk menyokong pembiayaan defisit yang meningkat drastis.
"Dan itu perlu untuk dikomunikasikan dengan sangat jelas. Ini adalah peran multilateral untuk memberi isyarat bahwa bagi negara yang melakukan hal ini sebenarnya baik-baik saja," kata dia.
Lembaga multilateral, menurut dia, dapat mengkomunikasikan bahwa kebijakan yang dilakukan tersebut tidak menyalahgunakan independensi bank sentral maupun memanfaatkan situasi luar biasa ini dengan membelanjakan fiskal secara tidak bertanggung jawab.
"Saya pikir itu akan menjadi sangat penting bagi lembaga multilateral untuk memainkan peran itu," ujar dia.
Selain itu, menjelang masuknya masa vaksinasi dan setelah pandemi, Sri Mulyani menilai kerja sama antar negara harus semakin kuat. Mengingat, setiap negara tidak bisa hanya memastikan vaksinasi di negara masing-masing dan menutup diri dari negara lain.
"jadi Anda tidak bisa membiarkan negara lain tidak memiliki vaksin dan membiarkan mereka berjuang dan kemudian berpikir negara saya akan baik-baik saja. Itu bukan cara yang akan berhasil, karena itu tidak akan memulihkan ekonomi anda," ujar dia. Karena itu, Sri Mulyani optimistis negara-negara akan membentuk multilateralisme baru.