TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk atau BCA membukukan laba konsolidasi senilai Rp 20 triliun sepanjang 9 bulan tahun ini. Nilai tersebut turun 4,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy), yang senilai Rp 20,9 triliun.
Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn dalam paparan kinerja kuartal III 2020 mengatakan kinerja tersebut dipengaruhi oleh kenaikan biaya pencadangan di tengah pandemi. "Di tengah tantangan ekonomi, BCA mencatatkan pertumbuhan laba sebelum provisi yang didorong oleh kenaikan dana murah, biaya dana dan biaya operasional yang rendah," ujarnya dalam paparan kinerja secara daring, Senin, 26 Oktober 2020.
Hingga kuartal III 2020, penyaluran kredit BCA mengalami kontraksi 0,6 persen yoy menjadi senilai Rp 581,9 triliun. Walaupun secara total mengalami koreksi, kredit ke sektor korporasi tumbuh sebesar 8,6 persen yoy menjadi Rp 252,0 triliun.
Sementara kredit komersial dan UKM turun 4,9 persen YoY menjadi Rp 182,7 triliun. Pada portofolio kredit konsumer, KPR turun 3,1 persen YoY menjadi Rp 89,3 triliun dan KKB turun 19,3 persen YoY menjadi Rp 38,6 triliun. Sementara, saldo outstanding kartu kredit turun 18,5 persen YoY menjadi Rp10,9 triliun.
Total portofolio kredit konsumer turun 9,4 persen YoY menjadi Rp 141,7 triliun. Dari total portofolio kredit, sekitar 20 persen atau Rp 114 triliun merupakan portofolio kredit keuangan berkelanjutan dalam rangka mendukung impelementasi ESG (Enviromental, Social, and Governance) dan komunitas UKM.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pada sisi penyaluran kredit, BCA berfokus untuk membantu nasabah dalam merestrukturisasi kreditnya sejak awal pandemi.