Kopi Kenangan sendiri menggunakan green bean lokal sekitar 32 ton kopi per bulan. Konstribusinya secara tidak langsung sebesar Rp 2 miliar per bulan kepada kesejahteraan petani dan pelaku usaha lain dalam rantai pasok kopi di Indonesia. Kopi yang digunakan bersumber dari berbagai daerah di Indonesia seperti kopi arabika dari Aceh dan kopi robusta dari Flores.
Co-founder Pipiltin Cocoa Tissa Aunila berharap kerja sama ini dapat menciptakan ekosistem untuk mendukung perkembangan produk dan petani lokal. Menurutnya Indonesia sangat kaya akan varietas tanaman seperti cokelat dan kopi, bahkan merupakan produsen besar dari kedua produk tersebut. “Namun seringkali kalah pamor di negeri sendiri,” ujarnya.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Bandung, Atet Dedi Handiman, mengatakan pemerintah turut membantu meningkatkan penjualan usaha kecil. Salah satunya dengan membeli makanan ringan konsumsi rapat instansi dari para pelaku usaha kecil. Saat ini terdapat 41 pelaku usaha mikro yang memenuhi syarat dan ketentuan untuk pengadaan makanan ringan pemerintah.
Selain itu, pemerintah membuat Recovery Center, tempat pameran produk UMKM yang berlokasi di Jalan Mustang, Bandung. Di lokasi yang baru diresmikan 27 Oktober lalu itu, pemerintah juga menerjunkan enam petugas untuk memberikan pelatihan dan konsultasi bagi pelaku usaha yang memerlukan. “Misalnya pelatihan e-commerce yang sudah berjalan,” katanya.
Berdasarkan catatan Atet, saat ini terdapat sekitar 6.000 usaha kecil di Kota Bandung. Sekitar 80 persen di antaranya terdampak pandemi. “Penjual barang kriya yang paling parah,” katanya. Sementara itu sekitar 40 persen pelaku usaha kecil adalah pedagang kuliner. Menurut Atet, mereka bertahan hidup dengan beralih produk seperti menjual ekstrak obat-obatan herbal untuk imunitas tubuh, juga berdagang alat perlindungan diri.
Baca: Warung Mi Favorit Anak Muda di Gondokusuman Yogyakarta Tutup karena Covid
ANWAS SISWADI