INFO BISNIS -- Lebih dua ribu perusahaan asal Korea beroperasi di Indonesia. Perusahaan-perusahaan inilah yang sedang dibidik Bank Bukopin. “Selain masuk sebagai bank operasional di perusahaan-perusahaan tersebut kami juga akan menjangkau pelaku UMKM yang menjadi supply chain perusahaan- perusahaan itu,” kata Direktur Utama Bank Bukopin Rivan A Purwantono.
Masuknya KB Kookmin Bank sebagai pemegang saham terbesar sejak 25 Agustus 2020 lalu, tentunya membuka peluang bagi Bukopin memperluas pasar ke perusahaan-perusahaan tersebut. Langkah ini seiring dengan strategi Bukopin dalam mempertahankan fokus bisnisnya di sektor UMKM dengan menyasar pebisnis usaha mikro kecil dan menengah yang selama ini men-support perusahaan tersebut.
Baca Juga:
“Misalnya, pabrik sepatu Korea di Sukabumi, tentu suplai kulit atau material lain dari UMKM tertentu. Kami masuk ke sana, membangun ekosistemnya sehingga kami bisa mendapat kontribusi bisnis di situ,” kata Rivan.
Strategi yang disebut Rivan sebagai KoreanLink ini tidak bisa dilakukan bank asal Korea yang beroperasi di Indonesia karena jangkauan operasi mereka tidak seluas Bukopin. Bank-bank tersebut juga tidak menjadi bank operasional di kementerian atau lembaga pemerintah terkait, termasuk juga perusahaan-perusahaan BUMN. “Jadi ini khas Bukopin,” ujar Rivan.
Rivan meyakinkan dukungan Kookmin sebagai pemegang saham pengendali tidak akan mengubah fokus bisnis Bukopin di pasar ritel yang saat ini sebesar 57 persen didominasi koperasi usaha kecil dan menengah (KUKM). Malahan Kookmin telah berpengalaman menggarap sektor KUKM dan juga micro finance di 24 negara, termasuk di Kamboja, Vietnam dan Thailand.
Baca Juga:
Rivan menjelaskan, pada 2019 lalu, Kookmin juga menjadi bank komersial pertama yang menyalurkan kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebesar KRW 103 triliun, atau setara dengan Rp1.308 triliun dan berhasil mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar pada segmen UMKM Korea Selatan.
“Segmen ini juga yang menjadi daya tarik Kookmin terhadap Bukopin karena kemiripan dengan fokus dan kekuatan mereka di Korea, dan bakal dikembangkan lebih luas di Asia Tenggara, termasuk Indonesia,” ungkap Rivan.
Bukopin juga menyiapkan sejumlah strategi lain dalam meningkatkan kinerja. Di antara memacu pertumbuhan asset berkualitas, pengembangan fee based income, efisiensi operasional, memperbaiki struktur dana pihak ketiga (DPK), menyiapkan bisnis masa depan melalui bisnis startup dan aliansi fintech, serta menjangkau nasabah baru dari generasi milenial.
“Kami sudah membuat rencana bisnis jangka pendek, jangka medium dan jangka panjang,” kata Rivan.(*)