TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan melalui Hari Santri Nasional, peran pesantren tidak cukup lagi sebagai pusat pendidikan dan dakwah atau ngaji fikih. Lembaga agama harus lebih dari itu.
"Menjadi pusat-pusat kegiatan ekonomi, ngaji, sugih [kaya]. Sehingga terwujud kemandirian ekonomi di pesantren. Sehingga menjadi momen pesantren untuk berperan aktif dalam ekonomi syariah nasional dan khususnya berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional,” ucapnya saat sambutan Hari Santri Nasional melalui daring, Kamis, 22 Oktober 2020.
Sugih adalah bahasa Jawa yang artinya, kaya atau kaya raya. Maksud Gubernur BI, pesantren juga dapat menumbuhkan kegiatan ekonomi yang menopang kesejahteraan santri dan masyarakat sekitar pesantren, terutama dalam konteks ekonomi syariah.
Menurut Perry, visi Indonesia maju perlu didorong dengan transformasi untuk penguatan ekonomi. Dia mengatakan bahwa ini bisa dilakukan melalui penguatan sektor unggulan dan pengembangan ekonomi syariah.
Ekonomi syariah, kata dia, bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Pengembangannya dapat mewujudkan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui peningkatan peran usaha syariah dalam mata rantai ekonomi halal.
“Serta pengembangan keuangan sosial syariah sebagai alternatif model bisnis sumber pembiayaan ekonomi secara inklusif. Untuk mewujudkan visi tersebut, pengembangan keuangan syariah harus bersifat komprehensif,” katanya.