TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berpotensi menguat pada pekan depan di tengah gelombang penolakan UU Cipta Kerja. Pada perdagangan Jumat, 16 Oktober 2020 rupiah ditutup di level Rp 14.698 per dolar AS.
Posisi itu melemah 8 poin atau 0,05 persen dari sesi sebelumnya. Kurs Jisdor melemah 6 poin dibandingkan dengan posisi Kamis, 15 Oktober 2020 di posisi Rp 14.760. Adapun, indeks dolar yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama harus terkoreksi 0,19 persen ke level 93,682.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan dari sisi eksternal pergerakan dolar AS yang memengaruhi rupiah dipicu oleh langkah Presiden AS Donald Trump yang pada Kamis menawarkan menaikkan nilai paket stimulus menjadi US$1,8 triliun. Namun, tawaran Trump ditolak oleh Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell yang khawatir Partai Republik tidak akan menyetujui kenaikan harga.
Menteri Keuangan Steven Mnuchin juga memberi tahu Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nancy Pelosi pada hari yang sama bahwa Trump secara pribadi akan melobi untuk meminta Senat Republik yang enggan berada di balik kesepakatan apa pun yang dicapai. "Namun, investor terus meragukan kesepakatan yang terwujud sebelum pemilihan presiden 3 November," ujar Ibrahim.
Dalam perdagangan akhir pekan ini, mata uang rupiah ditutup melemah. Dalam perdagangan minggu depan tepatnya, Senin, 19 Oktober 2020), rupiah kemungkinan akan dibuka melemah walaupun sesi akhirnya ditutup menguat sebesar 5-40 poin di level Rp 14.690 - Rp 14.730 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan demonstrasi menolak UU Cipta Kerja yang ricuh sempat memberikan sentimen negatif terhadap rupiah. Akan tetapi, apabila demo terkendali maka tidak berpengaruh negatif ke rupiah. “Pasar masih mewaspadai aksi demonstrasi yang masih berlangsung ini dan kelanjutan penolakan omnibus law,” ujarnya.
Dari sisi eksternal, lanjut Ariston, isu paket stimulus AS juga memberi tekanan dan sentimen positif ke rupiah sepanjang pekan ini. Pembicaraan sempat diharapkan akan menemui kesepakatan yang mendorong pelemahan dolar AS dan penguatan nilai tukar berisiko termasuk rupiah.
Sampai saat ini, dia menyebut pasar masih menunggu kelanjutan pembicaraan. Dolar AS bisa melemah dan memberi keuntungan untuk rupiah jika ada ekspektasi stimulus akan keluar sebelum pemilu. “Pekan depan dengan kedua isu di atas, rupiah mungkin masih akan bergerak di kisaran Rp 14.600-Rp 14.850,” tutur Ariston.
Baca juga: Omnibus Law UU Cipta Kerja Diprediksi Lahirkan 37 PP dan 5 Perpres
BISNIS.COM