TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA Jahja Setiaatmadja blakblakan menjelaskan penyebab penyaluran kredit di bank yang dipimpinnya melemah di masa pandemi. Sejumlah kendala dalam menggelontorkan kredit itu terlihat dari pelemahan demand hingga adanya penambahan ekuitas yang diberikan pemerintah ke BUMN.
Hingga Agustus 2020, penyaluran kredit BCA mencapai Rp 570,353 triliun. Angka ini hanya tumbuh 1,28 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Walau begitu, angka ini jauh lebih tinggi daripada realisasi industri perbankan yang hanya tumbuh 1,04 persen dalam periode yang sama. Angka tersebut terlihat dalam laporan bulanan BCA per Agustus 2020.
Jahja menjelaskan permintaan kredit baru memang melemah di tengah pandemi. Selain itu, adanya penambahan ekuitas ke beberapa BUMN menyebabkan perusahaan pelat merah membayar pinjaman ke bank. Kondisi ini menurunkan jumlah baki debet kredit yang disalurkan BCA.
Selain itu, kata Jahja, ada peningkatan kredit menganggur yang belum ditarik debitur atau undisbursed loan. Hal tersebut turut ikut mendorong pelemahan penyaluran kredit di tengah pandemi. "Kami tidak menahan kredit. Kalau nasabah belum perlu, ya tidak bisa dipaksakan," ucap Jahja akhir pekan lalu.
Menurut Jahja, adanya penempatan uang negara juga tidak akan efektif dalam mendorong kredit. Pasalnya, hingga saat ini, penghimpunan dana di BCA sangat ample alias cukup. Kondisi ini pun berbanding terbalik dengan bisnis kredit yang lesu.