TEMPO.CO, Jakarta -- Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memprediksi bisnis restoran merugi hingga Rp 20 triliun akibat dampak pembatasan sosial berskala besar atau PSBB jilid II di DKI Jakarta saat ini.
Wakil Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran Emil Arifin mengatakan bahwa pengelola yang membuka gerai di mal-mal sudah tak kuat untuk beroperasi, sehingga mereka memilih untuk menutup total usahanya. “[Kerugian] itu sih mungkin sudah Rp 20 triliun, satu restoran saja bisa rugi Rp 100—Rp 150 juta per bulan. Kami tidak bisa hitung secara pasti yang di luar Jakarta atau Jabodetabek, tetapi di sini kira-kira sejumlah itu kerugiannya,” katanya saat dihubungi Bisnis, Sabtu, 10 Oktober 2020.
Dia menjelaskan, bahwa dampak lain juga menghantam karyawan yang mendapat upah harian.
Emil mengungkapkan bahwa di Jabodetabek saja sudah hampir 200 ribu pegawai yang dirumahkan. Diperkirakan banyak restoran yang saat ini tutup sementara, tidak lama lagi harus tutup permanen dalam beberapa bulan ke depan.
Penyebabnya adalah tidak diizinkannya aturan makan di tempat atau dine-in.
“Logikanya mal saat ini 50 persen terisi restoran, kalau restoran tidak boleh makan di tempat bisa memangkas 70—80 persen pegawainya. Ada salah satu restoran yang pendapatan di mal biasanya 12—18 juta sehari, sekarang ini hanya Rp 500 ribu, jadi mending ditutup saja, daripada makin berdarah-darah,” ujarnya.