Dia melanjutkan, untuk membalikkan kemunduran serius pada kemajuan pembangunan dan pengurangan jumlah orang miskin, negara-negara perlu mempersiapkan ekonomi yang berbeda pasca pandemi dengan mengizinkan modal, tenaga kerja, keterampilan, dan inovasi untuk pindah ke bisnis dan sektor baru.
Selain itu, krisis Covid-19 juga telah mengurangi kesejahteraan umum yang didefinisikan sebagai pertumbuhan pendapatan 40 persen penduduk termiskin suatu negara.
Kesejahteraan global rata-rata diperkirakan stagnan atau bahkan menyusut selama 2019-2021 karena penurunan pertumbuhan pendapatan rata-rata. Perlambatan dalam kegiatan ekonomi yang diperparah oleh pandemi kemungkinan besar akan melanda orang-orang yang paling miskin dan ini dapat menyebabkan indikator kesejahteraan umum yang lebih rendah di tahun-tahun mendatang.
Hal ini menunjukkan bahwa tanpa tindakan kebijakan, krisis pandemi dapat memicu siklus ketimpangan pendapatan yang lebih tinggi, mobilitas sosial yang lebih rendah di antara mereka yang rentan, dan ketahanan yang lebih rendah terhadap guncangan di masa depan.
Laporan Bank Dunia juga menemukan bahwa banyak orang miskin baru akan berada di negara-negara yang telah memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi. Namun 82 persen dari total kemiskinan ekstrem diperkirakan akan berada di negara-negara berpenghasilan menengah.