Luhut berharap program tersebut dapat memberikan efek positif bagi ekosistem perairan di kawasan Bali. Apalagi selama ini, Luhut mengatakan kondisi terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan yang mayoritas terjadi akibat ulah manusia.
Luas kerusakan terumbu karang tersebut mencapai 36 persen. Padahal, kata Luhut, keberadaan terumbu karang memiliki manfaat besar bagi pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan, seperti untuk wisata bahari, habitat ikan, dan pelindung pantai dari ombak.
Di samping itu, Luhut berharap program restorasi terumbu karang bisa menjadi solusi atas krisis perekonomian yang terjadi di Bali akibat penurunan jumlah wisatawan, khususnya wisatawan asing atau wisman selama pandemi.
Ia mencatat, sejak kasus corona masuk ke Indonesia, Pulau Dewata telah kehilangan 99 persen wismannya. Kondisi ini berefek pada anjloknya pendapatan daerah.
“Bali mengalami kerugian Rp 9 triliun per bulan,” katanya. Dampak amblasnya jumlah kunjungan wisata terhadap perekonomian Bali tampak dari laporan Badan Pusat Statistik atau BPS. Pada kuartal I, Bali mengalami kontraksi pertumbuhan -1,14 persen. Sedangkan pada kuartal II melorot tajam hingga -10 persen.