Irfan membeberkan, kondisi terburuk dalam sejarah sempat dialami Garuda pada Mei 2020. Kala itu, jumlah penumpang turun drastis hingga ke level satu digit. Saat itupun maskapai tidak bisa mendapatkan momen-momen puncak atau peak season seperti tahun-tahun sebelumnya, antara lain momen umrah, haji, hingga mudik lebaran.
Keterpurukan itu pun, menurut dia, ditambah lagi dengan adanya pembatasan penerbangan antarnegara dalam rangka mencegah penularan Covid-19. Indonesia juga melarang WNA masuk kecuali dalam kondisi tertentu, dan menerapkan karantina 14 hari. Akibatnya, penerbangan internasional hanya dipenuhi penumpang repatriasi.
"Ini situasi sangat buruk untuk perusahaan seperti Garuda. Apalagi kemudian kita mengalami kejadian di mana kita tidak bisa lagi menikmati masa emas tiap tahun atau peak time penerbangan. Misalnya umrah dan haji begitu pemerintah menutup kunjungan umrah dan memutuskan tidak mengirim haji tahun ini. Ini pukulan sangat berarti dan berat untuk Garuda," kata Irfan.
Saat ini tinggal tersisa satu kesempatan emas di tahun ini yaitu pada libur Natal dan Tahun Baru yang biasanya menjadi waktu sibuk bagi maskapai.
Baca juga: Bos Garuda: Enggak Perlu Kaget Jika Dengar Ada Maskapai Nyatakan Pailit