TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebut bahwa di tengah tekanan akibat pandemi Covid-19 ini, perusahaan perlu mengambil kebijakan yang tidak mudah.
"Industri penerbangan mengalami masa yang paling mencekam dalam sejarah industri penerbangan. Masa depan industri penerbangan juga masih tanda tanya besar kapan bisa kembali," ujar Irfan dalam sebuah acara daring, Selasa, 6 Oktober 2020.
Dalam situasi yang sulit tersebut, Irfan mengatakan, BUMN inipun mau tak mau harus melakukan pemotongan dan penundaan gaji dari level komisaris, direksi, hingga ke pegawai. Untuk komisaris dan direksi, pemotongan dilakukan sebesar 50 persen.
Sementara untuk pegawai, pemotongan dilakukan proporsional berdasarkan tingkatannya, yakni paling rendah 10 persen gaji. "Kami juga melakukan, ini bukan pilihan mudah tapi tidak bisa dihindari, yaitu mempercepat kontrak karyawan kontrak dan kami berikan haknya dan berikan kewajiban bagi pegawai kontrak yang dipercepat masa kontraknya," ujar Dirut Garuda ini.
Terakhir tutur Irfan, maskapai juga menawarkan pensiun dini bagi karyawan. Sebanyak 500 orang pun telah mengambil penawaran tersebut. Kebijakan tersebut ditempuh agar perusahaan dapat melakukan penghematan, efisiensi, dan negosiasi di area lain. "Ini mungkin masa paling sulit untuk industri penerbangan seperti Garuda. Tapi ini juga masa paling baik untuk kami melakukan realignment dan restructure cost," ujarnya.