Nurida atau Rida ini adalah salah satu dari puluhan perajin dan pengusaha batik di Kabupaten Tuban. Produk unggulannya berupa batik tenun gedog yang merupakan ciri khas Kabupaten Tuban. Disebut gedog karena, saat ada proses penenunan benang dengan alat tradisional, berbunyi dog,dog sehingga disebut batik tenun gedog. Setelah benang jadi lembaran kain, kemudian dilakukan proses batik cara manual, yaitu dengan alat canting.
Data di Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Dinkoperindag) Kabupaten Tuban menyebutkan, sentra kerajinan batik tenun atau batik gedog mencapai 1.234 unit. Sedangkan jumlah tenaga kerjanya sekitar 2.000 orang yang tersebar di beberapa desa di Kecamatan Kerek, dan Kecamatan Kota Tuban. “Menyebar jumlah perajinnya,” ujar Kepala Seksi Informasi dan Promosi Industri Caroline Gremita Puspasari, Dinkoperindag Kabupaten Tuban pada Tempo, Jumat.
Menurut Caroline, di Kabupaten Tuban sendiri ada sejumlah pebatik ternama dengan prestasi membanggakan. Misalnya pebatik Uswatun Khasanah asal Desa Kedungrejo, Kecamatan Kerek, Tuban, yang pernah mendapatkan Upakarti tahun 2010 untuk anugerah bidang industry untuk kategori pelestarian. Kemudian, ada Rukayah yang dikenal sebagai ahli pewarnaan alam batik gedog.
Untuk mengapresiasi dan menghormati karya-karya batik, Pemerintah Kabupaten Tuban juga mewajibkan para karyawannya mengenakan batik, pada Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober. Surat edaran yang ditandatangani Sekretaris Daerah Kabupaten Tuban Budi Wiyana, menyebut, karyawan Pemda, BUMN/BUMD dan juga karyawan swasta untuk memakai batik mulai tanggal 2 hingga tanggal 10 Oktober 2020.
“Ini dalam rangka melestarikan kreativitas seni budaya batik, setidaknya setelah diresmikannya batik sebagai warisan budaya oleh dunia internasional, dalam hal ini Unesco pada 2 Oktober 2009,” ujarnya Caroline.
SUJATMIKO (TUBAN)
Baca juga: Menperin Sebut Ekspor Batik Melejit di Tengah COVID-19