TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) Dwina Septiani Wijaya menyebut hubungan antara perusahannya dengan PT Pertamina (Persero) sejauh ini sangat baik. Pernyataan ini disampaikan di tengah polemik proyek paperless Rp 500 miliar yang membuat kesal Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Hubungan kami dengan Pertamina sangat baik, jadi sebetulnya enggak seperti rame-rame yang mungkin disampaikan" kata Dwina dalam rapat bersama Komisi BUMN DPR di Jakarta, Senin, 28 September 2020.
Sebelumnya beredar video pendek yang berisi kekesalan Ahok kepada perusahaan yang tengah diawasinya tersebut. Selain itu Ahok juga menyinggung Kementerian BUMN hingga perusahaan pelat merah lainnya seperti Peruri.
Dalam video viral berdurasi 6 menit 39 detik itu, Ahok menyebut Perum Peruri mematok Rp 500 miliar untuk proyek pengurangan dokumen kertas (paperless) di Pertamina. Permintaan Peruri dinilai sebagai hal yang tak masuk akal dan hanya ingin mencari uang.
“Itu sama aja udah dapat Pertamina, enggak mau kerja lagi. Mau tidur sepuluh tahun jadi ular sanca, jadi ular piton,” kata Ahok.
Dalam rapat hari ini, datanglah pertanyaan dari anggota komisi soal pernyataan Ahok tersebut. "Kami ingin meminta penjelasan dari panjenengan, itu betul atau tidak?" kata anggota komisi Mufti Anam.
Kepada anggota komisi, Dwina menjelaskan bahwa Pertamina memang menjadi salah satu klien digital mereka. Total ada 35 BUMN, dari 117 klien. "Kami selalu berkomitmen memberikan pelayanan dan harga yang terbaik," kata dia.
Tapi, Dwina tidak memberi penjelasan rinci soal proyek yang disinggung oleh Ahok. Dwina mengatakan bahwa hal-hal yang rinci terkait kontrak antara Peruri dengan Pertamina bersifat confidential alias rahasia. Apalagi, mereka merupakan high security company. "Jadi mungkin kami tidak bicara di media, karena nature dari high security company seperti itu," kata dia.
Baca juga: Bos Peruri Jawab Ahok Soal Proyek Rp 500 Miliar di Pertamina