Apabila ingin mengakumulasikan saham, investor konservatif dapat memilih saham-saham blue chip yang memiliki tingkat volatiltas harga yang terbilang rendah.
Investor moderat bisa melakukan diversifikasi aset antara aset aman dan aset berisiko. Namun, aset berisiko seperti saham tetap dianjurkan dari saham-saham blue chip. Apabila investor kesulitan melakukan diversifikasi di sini, pilihan produk reksa dana campuran bisa diambil.
Selanjutnya, investor agresif dapat menyusun portofolionya dari berbagai jenis instrumen berisiko dengan melakukan sejumlah pengukuran.
4. Diversifikasi Portofolio
Diversifikasi portofolio dilakukan investor saham untuk menjaga volatilitas tetap rendah dalam berinvestasi. Tak hanya itu, diversifikasi portofolio dapat mengkompensasi ketika kelas aset yang satu sedang melemah tetapi kelas aset lainnya menguat.
Seperti saat ini, harga-harga saham berjatuhan akibat sentimen resesi. Sedangkan aset pendapatan tetap menguat ditopang oleh pemangkasan suku bunga oleh bank sentral.
Untuk kondisi resesi akibat pandemi ini, Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyarankan masyarakat berpegang pada skema investasi 5-3-2, yaitu penempatan 50 persen pada instrumen berbasis pendapatan tetap, 30 persen pada instrumen pasar uang, dan 20 persen pada saham.
Porsi yang lebih banyak di instrumen pendapatan tetap khususnya obligasi pemerintah disebut Wawan menjadi pilihan yang paling tepat pada masa resesi. “Ini menurut saya secara risiko lebih prudence kalau masuk ke obligasi,” kata Wawan.
Sedangkan untuk pilihan ekuitas, saham sektor perbankan dinilai menjadi salah satu yang paling menarik untuk dikoleksi di tengah volatilitas pasar, terutama ketika pasar saham mengalami koreksi.
BISNIS
Baca: Bagaimana Memahami Resesi Ekonomi? Simak Penjelasan Pemerintah Hingga Ekonom