TEMPO.CO, Jakarta - Proyeksi resesi yang disampaikan pemerintah bakal terjadi dalam waktu dekat ini tak sedikit membuat masyarakat khawatir.
Kekhawatiran ini salah satunya muncul terkait cukup tidaknya dana darurat yang dimiliki selama pandemi. Selain itu, bagaimana idealnya investasi dilakukan di masa yang penuh ketidakpastian ini.
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyebutkan, di tengah situasi saat ini investor pada dasarnya tak memiliki banyak pilihan karena ketidakpastian sangat tinggi. Meski begitu, instrumen investasi yang cenderung minim risiko tetap menarik.
Salah satunya, kata Wawan, adalah surat utang yang dikeluarkan oleh pemerintah karena dapat dikatakan tidak ada risiko. Selama ini, Pemerintah Indonesia belum pernah gagal membayar utang-utang yang diterbitkannya.
“Makanya itu SR013 yang lagi ditawarkan animonya tinggi, karena ya nggak ada pilihan lagi. Sesuatu yang memberikan imbal hasil lebih pasti tapi aman, ya obligasi pemerintah,” kata Wawan baru-baru ini.
Wawan juga mengingatkan agar investor tetap melakukan alokasi aset. Sebab, bila tak dilakukan penempatan saham sama sekali di masa pandemi, masyarakat tak akan dapat menikmati kenaikan pasar saham saat ekonomi pulih.
Hal senada disampaikan oleh Executive Vice President Head of Wealth Management & Premier Banking Commonwealth Bank Ivan Jaya. Ia menyebutkan diversifikasi produk investasi perlu dilakukan untuk menekan risiko loss yang lebih besar ketimbang hanya mengandalkan satu jenis produk investasi.
“Diversifikasi secara geografis juga dapat menjadi pilihan menarik. Alokasi investasi ke luar Indonesia dapat dilakukan melalui reksa dana saham offshore sharia ke negara maju seperti Amerika Serikat, Cina, dan negara-negara Asia Pasifik lainnya,” kata Ivan.