Indonesia sendiri juga memiliki indeks serupa yang dinamakan Prompt Manufacturing Index yang disingkat menjadi PMI-BI, lantaran indeks manufaktur ini dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Fungsinya pun serupa dengan PMI, PMI-BI memperlihatkan gambaran umum mengenai kondisi Sektor Industri Pengolahan saat ini dan perkiraan triwulan mendatang. PMI-BI merupakan indikator ekonomi yang mencerminkan keyakinan para manajer bisnis di sektor manufaktur.
PMI-BI merupakan indeks komposit yang diperoleh dari lima indeks yaitu volume pesanan barang input, volume produksi (output), ketenagakerjaan, waktu pengiriman dari pemasok, dan inventori. Pembacaan nilai PMI sendiri bisa dikatakan sederhana. Nilai yang dijadikan acuan pada indeks ini adalah 50 persen.
Contohnya jika nilai PMI Indonesia di atas 50, maka dapat dikatakan bahwa sektor manufaktur Indonesia sedang mengalami ekspansi atau pertumbuhan. Sedangkan juga sebaliknya, jika nilai PMI Indonesia di bawah 50, maka dapat dikatakan bahwa sektor manufaktur di Indonesia sedang mengalami kontraksi atau perlambatan.
Cara lain yang bisa dilakukan alah menganalisis keterkaitan antara PMI-BI dengan pergerakan IHSG. Apakah naik-turunnya PMI-BI mempengaruhi fluktuasi IHSG?
Lifepal.co.id mencermati dari grafik pergerakan PMI-BI dan IHSG di atas, terlihat sejak Q1 2010 sampai Q3 2020, bahwa pergerakan IHSG dipengaruhi oleh PMI-BI. Pengaruh itu terlihat mencolok ketika pada Q1 2020 sampai Q3 2020 PMI Indonesia jatuh di bawah 50 persen, yang berarti dapat dikatakan bahwa sektor manufaktur di Indonesia sedang mengalami kontraksi.
Penurunan PMI ini yang terjadi saat ini dapat mengindikasikan bahwa tingkat permintaan konsumen yang melemah sebagai akibat dari pemberlakuan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) beberapa daerah termasuk DKI Jakarta.
Faktor lainnya yang menyebabkan lesunya sektor manufaktur dalam negeri adalah kebijakan beberapa perusahaan untuk melakukan PHK terhadap sejumlah karyawan. Banyak implikasi juga yang timbul seperti penutupan pabrik, anjloknya permintaan yang mengakibatkan sektor manufaktur menjadi lesu secara pertumbuhan.
Nilai PMI Indonesia yang di bawah 50 persen pada Q1 2020 sampai Q3 2020, mendorong penurunan IHSG. Terlihat dari Q4 2019 sampai Q3 2020, terlihat penurunan IHSG sudah mencapai 19,71 persen.
GABRIEL ANIN | RR ARIYANI
Baca: Jokowi: Manufaktur dan Indikator Ekonomi Lain Mulai Membaik