TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Otoritas Jasa Keuangan atau OJK, Wimboh Santoso, mendorong agar Indonesia memiliki bank syariah terbesar. Salah satunya, dengan mendorong sinergi atau merger bank syariah milik perbankan BUMN.
“Kami menyambut baik kalau ada sinergitas lembaga keuangan untuk menjadi besar. Dan kami menyambut baik rencana yang dilakukan oleh Kementerian BUMN untuk membentuk satu sinergitas bank syariah yang lebih besar lagi,” kata Wimboh dalam Pembukaan Acara Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah (FREKS), Senin, 21 September 2020.
Wimboh berharap, dengan merger ini Indonesia memiliki bank syariah dengan modal inti di atas Rp 30 triliun atau masuk kelompok BUKU IV. Menurutnya, dengan bank syariah yang besar maka memiliki daya saing akan lebih kuat dan dapat berkompetisi dengan lembaga keuangan lainnya. “Saat ini kita belum memiliki lembaga keuangan syariah yang besar yang bisa head to head kompetisi dengan lembaga lainnya, yang tentunya sudah lahir duluan dan cukup besar skalanya dan bisa kompetisi secara kuat,” ujarnya.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir berencana mengambil langkah merger bank syariah yang dimiliki BUMN pada 2021. Bank syariah BUMN antara lain BRI Syariah, BNI Syariah, BTN Syariah, dan Mandiri Syariah.
"Kita sedang kaji bank-bank syariah kita ini jadi satu semua, kita coba merger, insyaAllah Februari tahun depan (2021) jadi satu bank syariah," kata Erick Thohir dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Kingdom Business Community, Kamis malam, 2 Juli 2020 silam.
Erick Thohir menilai, dengan penduduk Indonesia mayoritas muslim, potensi perbankan syariah masih sangat besar. Sebab, keberadaan bank syariah memberikan opsi bagi masyarakat atau dunia usaha yang lebih nyaman menggunakan sistem syariah. "Kenapa saya menginginkan merger bank syariah? Supaya ada alternatif, supaya jangan sampai Indonesia yang penduduk muslim terbesar tidak punya fasilitas itu," katanya.
HENDARTYOHANGGI | EKOWAHYUDI
Baca juga: Bos Bank Mandiri Blak-blakan soal Rencana Merger Bank Syariah BUMN