Menurut Andreas, faktor utama yang menjaga kinerja Mandiri sejauh ini adalah fokus investasi pada efek-efek yang diterbitkan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia. “Mayoritas total dana investasi ditempatkan pada obligasi pemerintah, obligasi korporasi, saham yang tercatat di Bursa, dan instrumen pasar uang di dalam negeri,” kata dia dalam siaran persnya, Ahad.
Mandiri Investasi, imbuhnya, tidak menanamkan uangnya pada efek-efek dengan underlying asset (aset acuan) yang menjadi penyebab krisis keuangan global. Apalagi pada efek-efek sektor properti dan sektor keuangan Amerika Serikat. “Kami hanya mengelola tiga produk reksadana terproteksi yang memiliki eksposur pada efek luar negeri,” ujar Andreas.
Berkat strategi ini, ia melanjutkan, Mandiri Investasi sukses memantapkan posisi sebagai perusahaan manajer investasi dengan dana kelolaan reksa dana terbesar ketiga di Indonesia. Padahal di awal 2008 Mandiri Investasi masih berada di peringkat kesembilan.
Melihat sisi positif dari krisis keuangan global, Andreas mengatakan Mandiri Investasi percaya bahwa ketidakpastian yang terjadi saat ini memberikan peluang investasi yang baik bagi investor jangka menengah. “Berbicara tentang reksa dana konvensional,” ujar dia,”Investor disarankan tetap berinvestasi dan jangan keluar dari pasar.”
EFRI RITONGA