TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menghembuskan kembali kabar soal rencana Initial Public Offering (IPO) PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel. Sejak 2012, anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. yang bergerak di bisnis tower ini sudah disiapkan untuk IPO sejak beberapa tahun lalu, tapi belum kunjung terlaksana.
"Di Mitratel akan ada IPO," kata Kartika dalam HSBC Economic Forum secara virtual pada Rabu, 16 September 2020.
Sejak tahun 2012, Direktur Utama Telkom saat itu, Rinaldi Firmansyah telah mengatakan dana hasil IPO akan digunakan untuk kebutuhan investasi mereka. Saat itu, mereka mengalokasikan investasi Rp 1,5 triliun untuk membangun 2000 base transceiver station (BTS).
Tahun 2016, Telkom kembali berencana untuk melepas saham perdana pada 2017. Tapi sampai sekarang, rencana ini belum kunjung terlaksana.
Lebih lanjut, IPO dari Mitratel ini tidak sendirian. Di saat yang bersamaan, pemerintah juga sudah menyiapkan IPO subholding di PT Pertamina. Rencana ini masih berjalan, di tengah polemik yang ada.
Rencana IPO dari sejumlah perusahaan pelat merah ini muncul setelah Menteri BUMN Erick Thohir melakukan klasterisasi dari BUMN. Total ada 12 klaster BUMN yang dibagi dua. Enam diurus Kartika dan enam lainnya diurus Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin.
Tak hanya IPO, kata Kartika, tapi juga ada strategic partnership dengan pihak swasta. Kementerian BUMN, kata dia, terbuka dengan kemitraan dengan swasta. Menurut dia, pemerintah ingin menjadikan perusahaan sebagai lokomotif ekonomi, yang juga bisa mengangkut swasta lokal dan investor asing.
Baca: Viral Video Ahok Kritik Pertamina Hingga Minta Kementerian BUMN Dibubarkan