Kabar baik datang dari kinerja impor bahan baku dan barang konsumsi, yang masing-masing meningkat 5 persen dan 7,3 persen secara bulanan di Agustus 2020. “Ini pertanda permintaan dalam jangka pendek ada kenaikan tipis,” ucap Bhima.
Namun, sinyal roda perekonomian yang telah kembali berputar itu harus dihadapkan lagi pada kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid dua di DKI Jakarta yang berlaku sejak Senin lalu. “Ini diproyeksikan akan menyebabkan aktivitas ekspor terhambat, khususnya yang berbasis di kawasan industri Jakarta dan sekitarnya.”
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan saat ini pemerintah tengah melakukan monitoring terhadap data-data mobilitas dan dampaknya kepada aktivitas perekonomian di DKI Jakarta. Menurut dia, situasi PSBB kali ini berbeda dengan situasi Maret-Mei lalu dimana seluruh kegiatan masyarakat terhenti.
“Sekarang ini kami masih lihat kegiatan itu ada, hanya skalanya saja turun,” katanya. Meski demikian, Sri Mulyani tak menampik ihwal Besarnya kontribusi DKI Jakarta terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu mencapai 17 persen.
Pada triwulan II lalu, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta tercatat sudah mengalami kontraksi cukup dalam yaitu -8,2 persen. “Tentu situasi yang sudah bertahap membai di triwulan 3 ini diharapkan tidak terlalu turun, sehingga kontraksi pertumbuhan ekonomi DKI bisa lebih rendah dibandingkan kontraksi triwulan II.”