TEMPO.CO, Yogyakarta - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menuturkan, yang paling mendesak untuk segera dilakukan di masa pandemi adalah menciptakan keseimbangan sektor ekonomi termasuk wisata dengan sektor kesehatan. Hal ini mutlak dilakukan terlebih di masa resesi seperti saat ini.
“Layaknya seorang kusir andong pemula, perlu belajar tarik-ulur tali kekang untuk mengendalikan arah dan laju lari sang kuda,” ujar Sultan saat mengumpulkan kalangan perbankan di DIY guna merumuskan strategi pemulihan perekonomian di masa pandemi Covid-19, Senin 14 September 2020.
Baca Juga:
Pernyataan Sultan menanggapi laporan pertumbuhan ekonomi DIY yang negatif sepanjang dua kuartal berturut-turut. Seperti Bali yang juga tergantung pada sektor pariwisata, kata Sultan, aktivitas perekonomian di dua daerah tersebut langsung melambat akibat berhentinya sebagian aktivitas manusia. Pertumbuhan ekonomi yang mencapai minus 6,74 persen itu juga memicu inflasi yang rendah.
Lebih jauh, Sultan menjelaskan soal filosofi tarik ulur ala kusir andong itu. Ia mengatakan, di masa pariwisata dan ekonomi menurun ini, inflasi rendah di satu sisi dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, inflasi rendah akibat Covid-19 itu justru mempersulit stabilitas ekonomi karena harga komoditas turun dan pendapatan masyarakat juga rata-rata turun drastis. “Meski harga murah, tetap tidak terjangkau oleh daya beli,” ujarnya. Sebaliknya, jika ketika deflasi, pasti akan disertai penurunan harga dan menurunkan tingkat pendapatan serta laba perusahaan.
Ngarsa Dalem melanjutkan bahwa DIY telah mengalami deflasi per Agustus 2020 sebesar 0.04 persen (month to month/mtm). Deflasi ini terjadi di tengah aktivitas ekonomi yang mulai bergerak, terutama industri pariwisata dan perdagangan ritel.