TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Bogor Bima Arya menilai pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB total terhadap aktifitas ekonomi warga tanpa cukup sumber daya dan logistik tidak pas diterapkan di Kota Bogor saat ini.
"Kita belajar dari PSBB yang sudah dilakukan beberapa waktu lalu. Personel harus kuat. Pol PP kami tidak sampai 200. TNI Polri mampu atau tidak? Warga yang dipaksa di rumah itu kita bantu ekonominya bagaimana?" kata Bima, Sabtu, 12 September 2020.
Bima menuturkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau APBD kota Bogor tidak cukup untuk membiayai perekonomian warga yang terdampak Covid dalam kaitan PSBB tersebut. "Kemudian komitmen atau tidak (warga), kan belum tentu," ujarnya.
Oleh karena itu, kata Bima, sekarang Bogor lebih memprioritaskan penguatan protokol kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Dia mengatakan Bogor berikhtiar dengan konsep PSBB mikro dan komunitas.
"Kami agak berat kalau (PSBB) total. Tapi kita tidak pernah tahu minggu depan terjadi lonjakan. Kalaupun remnya harus lebih dalam total, bukan tidak mungkin kita lakukan," ucap Bima.
Lebih jauh ia menegaskan terkait langkah apa yang akan diambil pemerintah daerah Bogor dalam menghadapi pandemi, apapun akan dilakukan untuk menyelamatkan nyawa manusia.
Tapi saat ini menurut dia, masih banyak warya Bogor tidak paham apa itu Covid-19. Hal itu diketahui setelah dia melakukan survei terhadap 21 ribu responden di seluruh Kota Bogor. Dari survei itu, kata dia, diketahui, mayoritas warga merasa jauh dari Covid-19. Hanya sedikit yang merasa bakal terpapar.
Padahal 90 persen warga terpapar Covid-19 secara ekonomi dan 40 persen kehilangan mata pekerjaan. Saat ini dampak Covid-19 pada perekonomian di Bogor demikian dahsyat, tapi tingkat edukasi mengenai Covid-19 warga rendah sekali.
Baca: Bima Arya: 19 Persen Warga Bogor Percaya Teori Konspirasi Covid-19