TEMPO.CO, Jakarta - Dampak pandemi Covid-19 membuat maskapai Singapore Airlines terpaksa bersiap merumahkan 24.000 karyawannya. Langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) ini merupakan yang pertama kali dilakukan maskapai Singapura ini sejak SARS merebak pada 2003.
Singapore Airlines Group (SIA) pun terpaksa mengoperasikan armada lebih kecil pada jaringan penerbangan yang lebih sedikit. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi ketidakpastian di masa yang akan datang.
Chief Executive Officer Singapore Airlines Goh Choon Phong mengatakan ketika pertempuran melawan Covid-19 dimulai pada awal 2019, tidak seorang pun dapat memprediksi dampaknya yang menghancurkan pada industri penerbangan global.
"Sejak awal, prioritas kami adalah memastikan kelangsungan hidup dan menyelamatkan pekerjaan sebanyak mungkin. Mengingat jalan menuju pemulihan akan panjang dan penuh dengan ketidakpastian, dengan sangat menyesal, kami harus menerapkan langkah-langkah pengurangan pegawai," katanya, seperti dikutip dari rilisnya, Jumat 11 September 2020.
Goh menjelaskan, secara bisnis, agar tetap dapat bertahan dalam kondisi yang tidak pasti pada tahun-tahun mendatang, grup maskapai penerbangan ini akan mengoperasikan armada yang lebih kecil pada jaringan yang lebih sedikit dibandingkan dengan operasi sebelum pandemi Covid-19.
Grup perusahaan ini tadinya berharap dapat beroperasi di bawah 50 persen dari kapasitasnya pada akhir tahun keuangan 2020/21 dibandingkan dengan posisi sebelum Covid-19. Namun maskapai juga memperkirakan bahwa lalu lintas penumpang tidak akan kembali pada posisi sebelumnya hingga sekitar 2024.
BISNIS
Baca juga: Maskapai Scoot Buka Rute Penerbangan Jogja-Semarang-Singapura